ACEH DI TANGAN SANG KOMANDO

Diliputnews, AcehBase, IMPS News||Delky Nofrizal QutniGambar

Konflik berkepanjangan dan tsunami Aceh 26 Desember 2004 telan menelan  ratusan korban jiwa, tetesan air mata dan kepedihan yang begitu mendalam bagi rakyat Aceh. Hingga meja runding pun perdamaian akhirnya menghadirkan sebuah kelegaan bagi rakyat yang telah lama hidup dalam desiran peluru. Tidak tanggung seluruh rakyat Aceh kembali tersenyum pasca ditandatanganinya MoU Helsinki kembali member ruang harapan rakyat aceh untuk hidup aman tentram dan sejahtera.

Tidak tangggung-tanggung asa yang kian terpendam akhirnya mengucur di sebuah muara akan harapan tetap dalam nuansa keamanan, cita-cita perubahan dan rindu akan kesejahteraan yang pasca perdamaian  kian menggelora dalam hati rakyat Aceh. Buktinya pada pilkada 2008, rakyat Aceh mencoba memberikan kepercayaan kepada pasangan Irwandi-Nazar  yang merupakan pasangan mantan kombatan dan aktivis muda Aceh. Kerinduan akan cita-cita perjuangan pun kembali mencuat dalam kerinduan Rakyat Aceh dengan memberikan kepercayaan kepada partai mantan kombatan untuk mendomidasi parlemen melalui pemilu 2009, dimana hampir setiap kabupaten dan di tingkat provinsi partai Aceh yang dipercayai masyarakat buah perjuangan pada saat itu mendominasi parlemen.

Seiring perjalanan waktu perubahan itu mulai dirasakan, lahirnya Jaminan Kesehatan Aceh, Biaya pendidikan Gratis 9 tahun, dana pembangunan gampong dan program-program lainnya mulai menyentuh kepentingan masyarakat Aceh. Namun, hal itu ternyata juga belum menjawab kerinduan masyarakat Aceh secara menyeluruh sebagaimana yang diperjuangkan ketika konflik yaitu menjadikan rakyat Aceh yang sejahtera dan Berjaya seperti di zaman kesultanan iskandar muda.

Disamping itu, pergesekan politik di tubuh mantan kombatan tersebut kian meruncing hingga dualism calon pemimpin di Aceh yang di usung oleh mantan kombatan terbelah menjadi dua kubu yaitu kubu Irwandi cs dan kubu Muzakir Manaf yang merupakan komando tertinggi di tubuh mantan kombatan tersebut. Huru hara pun tak dapat dielakkan hingga perpecahan pun terjadi. Irwandi dan panglima-panglima daerah dipecat dari komite peralihan Aceh(KPA) dan Partai Aceh oleh komando, dan  akhirnya membentuk barisan baru dalam sebuah partai yang diberi nama Partai nasional Aceh.

Terlepas dari pada itu, kerinduan masyarakat akan kemakmuran yang belum terealisasi sepenuhnya dimasa pemerintahan Irwandi-Nazar. Pada pilkada ebruari 2012, kembali mencoba memberikan kepercayaan kepada pasangan yang diusung partai Aceh yang kedua-duanya merupakan pemegang tampuk komando di tubuh mantan kombatan tersebut. Zaini Abdullah(mantan menteri kesehatan GAM) yang merupakan ketua pituha peut dan Muzakir Manaf yang juga merupakan panglima tertinggi ditubuh mantan kombatan  tersebut mendapat kepercayaan untuk memimpin Aceh dengan meraup suara terbanyak dan langsung menang satu putaran. Hal ini merupakan bentuk dari kerinduan rakyat Aceh agar cita-cita pembangunan dan kesejahteraan yang sudah lama didambakan dapat terealisasikan sepenuhnya.

Namun demikian belum sampai satu tahun sang komando berkuasa berbagai kejanggalan-kejanggalan yang membuahkan kritikan rakyat mulai muncul. Beberapa opini  yang sangat dibicarakan yang memunculkan berbagai polemic dalam dinamika masyarakat Aceh sejak dipimpin pemerintahan diantaranya :

 

  1. 1.      1 Juta/KK dan Naik Haji Gratis

Dari 21 program pro-rakyat yang merupakan janji Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf(Gubernur Aceh saat ini) pada saat kampanye yang menjadi menarik dan menarik perhatian masyarakat Aceh yaitu janji satu juta/kk tiap bulannya bagi masyarakat Aceh dan janji naik haji gratis bagi masyarakat Aceh yang telah baligh. Anggaran untuk program ini direncanakan Zikir diambil dari dana pembagian Migas.

Namun, tepatnya 100 hari berjalannya pemerintahan Zikir, aktivis Koalisi Peduli Aceh(KPA) melakukan aksi cat badan yang bertuliskan 1 Juta/KK. Para aktivis ini kembali mempertanyakan kejelasan program yang memang terkesan irrasional. Belum lagi beredarnya informasi dimasyarakat bahwa program 1 Juta/KK dan Naik haji Gratis ini tidak terakomodir dalam Rencana Kerja Jangka Menengah(RPJM) Pemerintah aceh 2012-2017, sehingga menimbulkan tanda tanya masyarakat terlihat di jejaring social facebook, twitter, bahkan di warung-warung kopi masyarakat membicarakan kepastian program ini.

Sungguh sangat menyayangkan, alasan-alasan yang di sampaikan oleh kalangan-kalangan tertentu bahwa program janji kampanye tersebut karena program 1juta/kk itu hanya pemanis disaat kampanye. Hal ini tentunya semakin membuat rakyat aceh kecewa dan menjadi salah satu penyebab timbulnya ketidakpercayaan masyarakat kepada janji pemerintahan Zikir.

 

  1. 2.      Malu dengan gelar Korupsi, Lancarkan Nepotisme

Baru beberapa bulan berjalannya pemerintahan Aceh di bawah sang komando mantan kombatan ini, opini hangat kembali disemburkan di Aceh. Kali ini opini tersebut berasal dari sebuah lembaga anti korupsi nasional yang bernama FITRA yang menyebutkan Aceh sebagai daerah no.2 korupsi di Indonesia, sehingga mendapatkan respon spontan dari Gubernur Aceh, Zaini Abdullah. Zaini Abdullah merasa malu dengan hal tersebut sehingga menyuruh KPK untuk mengaudit keuangan di pemerintahan Aceh.

Namun tak lama berselang setelah itu mutasi pejabat Aceh untuk pertama kalinnya dilakukan pada tubuh pemerintahan Zikir. Hal ini kembali mengejutkan publik, sekitar 12 dari 26 nama yang dilantik berasal dari daerah asal Gubernur Aceh. Pengangkatan pejabat  SKPA itu dilakukan tanpa adanya fit and profer test yang semestinya dijadikan salah satu tolak ukur dalam pengangkatan pejabat. Tak tanggung-tanggung hal ini mendapat kecaman dari berbagai kabupaten/kota di Aceh yang merasa pengangkatan pejabat ini sarat nepotisme karena dominasi oleh orang-orang yang berasal dari kampung Gubernur tanpa adanya uji kelayakan publik dan tidak terpresentasi masyarakat dari berbagai kabupaten/kota yang dinilai sangat tidak berimbang. Hal ini mengakhibatkan banyaknya pejabat yang berdedikasi buruk masuk kedalam cabinet, bahkan yang pernah terlibat kasus korupsi dan kasus penipuan masuk dalam cabinet. Perlukah pemerintah Aceh mendapat gelar no. 1 pemerintahan yang nepoitisme di Indonesia?

 

  1. 3.      Aceh Lhee Sagoe

Sejak rancangan Qanun Wali Naggroe di rancang dan disahkan, gejolak penolakan terhadap Qanun tersebut mulai terjadi di wilayah Tengah Tenggara dan Barat Selatan. Tuntuntan terhadap persamaan hak (suku), tata cara pemilihan wali menjadi masalah krusial yang berimbas pada pemekaran wilayah ALA dan ABAS. Bola panas ini terus bergulir hingga ke Kabupaten Kota, Banda Aceh,Aceh tengah, Meulaboh Aceh Selatan dan Aceh Tenggara.

Isu ini menjadi setali dua uang bagi Pemerintah Aceh, Konflik benang basah ini membuka ruang konflik-konflik yang lain. Selain pemerataan wilayah juga identitas akan pengakuan terhadap ras, bahasa dan budaya. Belum lagi reda, Legeslatitif dan Eksekutife kembali mengesahkan Qanun lambing dan Identitas Aceh yang di nilai sangat kontraversi dengan kontek Aceh kekinian. Jikapun di kaji secara historis Qanun Wali Nanggroe dan Qanun lambing dan Identitas Aceh tidak ada titik korelasinya, jelas kita menilai sarat pada kepentingan kelompok tertentu yang mendominasi system pemerintahan Aceh. Hal ini menjadi subtansi permasalahan yang berujung kepada bangkitnya kembali isu pemekaran ALA dan ABAS yang mulai muncul bergejolak kepermukaan.

Jika ALA-ABAS lahir karena tidak adanya pemerataan pembangunan maka Aceh Lhee Sagoe(Aceh Tiga Segi) kembali menggema dengan permasalahan yang lebih kompleks hingga permasalahan mendasar yaitu terkait Identitas masyarakat Aceh.

Munculnya hal tersebut juga membuat Rafly Kande seorang seniman dan budayawan Aceh angkat bicara, dia berharap agar pemerintah Aceh mengakui esensi dan ekstensi keberagaman yang ada di Aceh, sehingga pemerintah dapat memaknai Aceh yang beribu warna beribu bunyi.

 

  1. 4.      Anggaran Ditambah Beasiswa Dihapus

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh yang disahkan oleh DPR Aceh menuai protes yang hangat dari berbagai kalangan masyarakat Aceh. Bagaimana tidak, anggaran yang sebelumnya mendapat usulan penambahan dari Gubernur Aceh sebesar 1,8 Triliyun rupiah dengan alasan untuk kepentingan rakyat justru tidak berpihak terhadap rakyat tapi hanya untuk kepentingan kelompok tertentu

Tak tanggung-tanggung sebesar 40 Milyar rupiah  dialokasikan untuk operasional wali Nanggroe, padahal pada saat pengesahan palu lembaga tersebut belum disahkan landasan hukum/qanun tentang Wali Nanggroe. Tak hanya itu, kelanjutan pembangunan meuligoe wali nanggroe dialokasikan sebesar 35,42 milyar. Ditambah lagi, pembangunan rumah kapolda Aceh sebesar 3 Milyar dan wakapolda Aceh sebesar 1,3 milyar, padahal instansi tersebut merupakan instansi vertical yang anggarannya tidak bersumber dari APBA.

Ironisnya, disaat anggaran diusulkan pemerintah Aceh untuk ditambah, justru program beasiswa untuk putra-putra Aceh yang melanjutkan studi diluar daerah justru dihapuskan pada RAPBA 2013. Sehingga berbagai kalangan masyarakat menilai pemerintah Aceh tidak komitmen untuk memajukan Sumber Daya Manusia.

 

 

  1. 5.      Pejabat Bergelar Almarhum dan Pejabat Berpengalaman Mesum

Untuk kesekian kalinya publik Aceh kembali dikejutkan dengan kebijakan pemerintah Aceh. Pelantikan massal dan mutasi sebanyak 422 pejabat eselon II, III dan IV di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh yang dilakukan Gubernur Zaini Abdullah di Anjong Mon Mata, Selasa (5/2) siang ternyata menyisakan masalah dan kontroversi berkepanjangan. Betapa tidak, pelantikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Aceh Nomor Peg.821.22/001/2012 membuat heboh masyarakat luas, menyusul masuknya nama seorang yang sudah meninggal dunia setahun lalu sebagai pejabat eselon IV.a di Biro Hukum Setdaprov Aceh. Bukan hanya itu salah seorang yang sebelumnya pernah ditangkap mesum di angkat sebagai pejabat di Badan Dayah Aceh.

Persoalan lainnya adalah, seorang pejabat yang telah diplotkan untuk menduduki eselon III.a yaitu sebagai Kabid Program dan Pelaporan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh (Disbudpar) atas nama Muslim Yacob S.Ag, meski namanya jelas tercantum dalam SK pelantikan dan sudah hadir di lokasi, akhirnya batal dilantik, hal ini memperlihatkan adanya permainan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang merusak jalannya pemeribtahan.
Untuk posisi tersebut yang dilantik justru atas nama orang lain, yaitu Nyak Umar, yang hanya bermodalkan selembar undangan menghadiri pelantikan. Hal ini membuat Gubernur Aceh seperti kecolongan besar. Diberikannya jabatan kepada orang yang sudah meninggal dunia yang di-SK-kan Gubernur, tentu bukanlah sebuah kekeliruan kecil, yang bisa dibiarkan begitu saja. Lolosnya PNS yang sudah almarhum dalam SK mengindikasikan amburadulnya cara kerja tim yang menyeleksi calon-calon pejabat, yaitu Baperjakat.Ironisnya, Gubernur Aceh justru mengatakan ini merupakan sabotase, padahal mana mungkin seorang pejabat diberi jabatan tanpa adanya pengkajian yang mendalam tentang pejabat tersebut, sehingga menunjukkan pengangkatan pejabat di Aceh tidak secara professional dan proporsional.

 

  1. 6.      Penutup

Demikian tulisan ini saya buat sebagai refleksi perjalanan pemerintah Aceh di bawah kekuasaan Zikir yang merupakan komando tertinggi dalam barisan mantan kombatan GAM. Semoga ke depan perbaikan-perbaikan dalam berbagai sector pemerintahan dan kebajikan dapat dilakukan oleh pemerintah Aceh, sehingga menjawab kerinduan Rakyat akan perubahan dan kesejahteraan.

 

Delky Nofrizal Merupakan Penulis Muda Asal Barat Selatan

 

 

“JASA ACEH UNTUK INDONESIA”

Gambar

Oleh : Delky Nofrizal Qutni

Aceh Seminggu  jadi Ibukota Indonesia

Hampir terlupakan dari sejarah, bahwa Aceh pernah jadi ibukota sementara Republik Indonesia.

Peristiwa fenomenal itu terjadi pada tahun 1948, ketika pasukan Belanda melancarkan agresi militer II terhadap Jogyakarta, yang pada waktu menjadi ibukota RI. Dalam waktu sekejap, Jogyakarta jatuh dan dikuasai Belanda. Waktu itu, presiden pertama Indonesia, Soekarno yang sedang mengendalikan pemerintahan terpaksa harus memilih jalan untuk menyelamatkan bangsa. Tidak ada pilihan lain waktu itu, presiden Soekarno terpaksa mengasingkan diri ke Aceh. Setelah di amati waktu itu Biruen salah satu daerah di Aceh di anggap sebagai lokasi paling aman.

Soekarno berangkat ke Bireuen dengan menumpangi pesawat udara Dakota. Pesawat yang dikemudi oleh putra Aceh yaitu Teuku Iskandar, mendarat dengan mulus di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada Juni 1948. Kedatangan rombongan presiden di sambut Gubernur Militer Aceh, Teungku Daud Beureu’eh,  Panglima Divisi X, Kolonel Hussein Joesoef, para perwira militer Divisi X, alim ulama dan para tokoh masyarakat. Tidak ketinggalan anak-anak Sekolah Rakyat (SR) juga ikut menyambut kedatangan presiden sekaligus PanglimaTertinggi Militer itu. Malam harinya di lapangan terbang Cot Gapu diselenggarakan Leising (rapat) akbar. Presiden Soekarno dengan ciri khasnya, berpidato berapi-api, membakar semangat juang rakyat Aceh di Keresidenan Bireuen yang membludak di lapangan terbang Cot Gapu. Masyarakat Aceh sangat bangga sekali dapat bertemu muka dan mendengar langsung pidato presiden Soekarno tentang agresi Belanda 1947-1948 yang telah menguasai kembali Sumatera Timur, dikenal sebagai Sumatera Utara sekarang.

Selama seminggu Presiden Soekarno berada di Aceh, aktivitas Republik dipusatkan di Bireuen. Beliau menginap dan mengendalikan pemerintahan RI di rumah kediaman Kolonel Hussein Joesoef (Meuligo Bupati Bireuen sekarang). Jelasnya, dalam keadaan darurat, Aceh pernah menjadi ibukota RI ketiga, setelah jatuhnya Yogyakarta ke dalam kekuasaan Belanda. Sayangnya catatan sejarah ini hampir terlupa dan tidak pernah tersurat dalam catatan sejarah kemerdekaan Indonesia.

 

Pesawat Seulawah Cikal Bakal PT. Garuda

Terselubung benar, tanpa diduga-duga ternyata pesawat pertama Indonesia merupakan hasil sumbangan dan jerih payah masyarakat Aceh. Pesawat Dakota RI-001 Seulawah, begitulah sebutannya (Pesawat tersebut sekarang diabadikan di Lap. Blang Padang – Banda Aceh). Pesawat ini adalah cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan niaga pertama  Indonesian Airways yang sekarang disebut Garuda Indonesia. Pesawat ini sangat besar jasanya dalam perjuangan awal pembentukan negara Indonesia. Masyarakat Aceh menyerahkan pesawat terbang Seulawah pada 1948 kepada pemerintah RI untuk meneruskan perjuangan melawan penjajahan Belanda.  Sumbangan dari rakyat Aceh tersebut setara dengan 20 kg emas.

Ketika keadaan sedang genting, Bung Karno berseru kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa dari Acehlah perjuangan diteruskan merebut setiap jengkal tanah yang diduduki Belanda. Biar negara ini tinggal selebar payung, perjuangan tetap diteruskan sampai penjajah angkat kaki dari bumi Indonesia. Untuk menggempur blockade Belanda, maka negara memerlukan sebuah pesawat terbang. Sudah beberapa wilayah di Sumatera Bung Karno singgahi, namun hanya masyarakat Aceh lah yang memenuhi anjuran Bung Karno untuk menyumbangkan pesawat terbang. 

Jika di lihat dari segi fisik, Pesawat Dakota RI-001 ini memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter. Bertenaga dua mesin Pratt & Whitney, berbobot 8.030 kg. Sementara kemampuan jelajahnya, dengan kecepatan maksimum 346 km/jam. Kehadiran Dakota RI-001 membuka jalur penerbangan Jawa-Sumatera, bahkan sampai ke luar negeri. Pada bulan November 1948, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengadakan perjalanan keliling Sumatera dengan rute Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutaraja-Payakumbuh-Maguwo.

 

Emas Monas Asal Aceh, Sumatera

Monumen Nasional (Monas) Jakarta dengan 38 kg emas yang dipajang di puncak tugu memiliki keindahan yang sangat merona. Ternyata di balik megahnya monument tersebut 28 kg dari 38 kg emas di Monas merupakan sumbangan dari salah seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya Indonesia, beliau adalah Teuku Markam. Tentu saja banyak bantuan-bantuan Teuku Markam lainnya yang pantas dicatat dalam memajukan perekonomian Indonesia di zaman Soekarno, hingga menempatkan Markam dalam sebuah legenda.

Mengingat peran yang begitu besar dalam percaturan bisnis dan perekonomian Indonesia, Teuku Markam pernah disebut-sebut sebagai anggota kabinet bayangan pemerintahan Soekarno. Peran Markam menjadi runtuh seiring dengan berkuasanya pemerintahan Rezim Presiden Soeharto berkuasa di Indonesia.
Sungguh menyedihkan, akhirnya Ia ditahan selama delapan tahun dengan tuduhan terlibat PKI. Harta kekayaannya diambil alih begitu saja oleh Rezim Orba. Pernah mencoba bangkit sekeluar dari penjara, tapi tidak sempat bertahan lama. Tahun 1985 ia meninggal dunia. Aktivitas bisnisnya ditekan habis-habisan. Ahli warisnya hidup terlunta-lunta sampai ada yang menderita depresi mental. Hingga kekuasaan Orba berakhir, nama baik Teuku Markam tidak pernah dilakukan rehabilitir selama ini oleh masyarakat dan pemerintah.

Arun dan Pemberontakan di Aceh

Fasilitas Arun LNG telah menjadi kontributor penting untuk keseimbangan positif nasional alam Indonesia gas / LNG perdagangan. Arun (Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam) telah memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian nasional dan lokal selama lebih dari tiga dekade. Lain gas industri berbasis dikembangkan di sekitar Arun, termasuk dua pabrik pupuk terkemuka dalam negeri, AAF (Asean Aceh Fertilizer) dan Iskandar Muda.

Provinsi Aceh  merupakan daerah yang memiliki tradisi panjang melawan pemerintah pusat Indonesia di Jakarta. Resistensi ini dimulai sebagai sebuah gerakan keagamaan, namun memperoleh nada yang berbeda sekali Mobil Oil Indonesia (MOI) menemukan kekayaan besar minyak dan gas alam di Lhok Seumawe, Aceh Utara pada tahun 1971. Penemuan ini terinspirasi perkembangan Lhok Seumawe Kawasan Industri (Zils), sebuah kantong yang ditujukan untuk minyak dan bahan bakar gas ekstraksi (LNG) alami untuk ekspor luar negeri. Sementara Zils telah menguntungkan bagi MOI (kini disebut Exxon Mobil Indonesia) dan kekuasaan broker di Jakarta, Aceh hanya mengalami efek samping yang berbahaya zona ini: degradasi lingkungan, dislokasi keluarga pribumi, arus masuk besar pekerja migran, dan gangguan dalam tradisional mereka mata pencaharian. Ini ketidakadilan menyebabkan munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), depan separatis bertekad untuk melihat Aceh menjadi kesultanan mandiri dan kaya minyak. Exxon Mobil telah berusaha untuk menyajikan dirinya sebagai pemain “netral” dalam perang dilancarkan antara Jakarta dan pemberontak, mempertahankan pemisahan yang agak palsu antara bisnis dan “politik”. Strategi ini telah terbukti berhasil. Baru-baru ini, pemberontak Aceh secara khusus ditargetkan Exxon Mobil, suatu perkembangan yang telah memimpin perusahaan untuk menghentikan produksi LNG di Zils sampai keamanan dikembalikan ke provinsi.

 

Harapan dan Kerinduan Rakyat Aceh Kian Mendalam

Begitu besarnya jasa rakyat Aceh terhadap NKRI mulai sejak perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan wakaf monumental rakyat aceh yang dibalut dengan keikhlasan. Hal ini tentunya menjadi alasan mendasar bahwa Aceh wajar dikatakan sebagai daerah modal kemerdekaan Indonesia.

Pasca konflik dan tsunami Aceh, hubungan Aceh dan Indonesia kian membaik setelah di tanda tanganinya MoU Helsinki 2006 lalu. Namun demikian, ternyata masih banyak poin-poin kesepakatan perdamaian yang seakan dalam permainan RI. Sehingga menunjukkan sikap belum ikhlasnya Indonesia dalam memperhatikan Aceh secara serius. Perlu dipahami oleh pemerintah Indonesia bahwa cinta yang ikhlas merupakan dambaan rakyat Aceh selama ini, Aceh yang aman rakyat sejahtera.

 

Delky Nofrizal merupakan Penulis Muda Pantai Asal Barat Selatan Aceh. [Tulisan ini di tulis sebagai synopsis lagu  album baru Rafly Kande(Seniman dan Budayawan Aceh)yang rencana akan di luncurkan akhir maret 2013 nanti].

SIMATA ELANG KU YANG MEHILANG

href=”https://pelurupena.files.wordpress.com/2013/02/meukek-20130116-01243.jpg”>GambarBerbilang bulan berhitung tahun menggenapi angka lima dalam rangkaian cerita, tak terasa kisah mulai tak berwarna. Sibuyung dari kecamatan antah berantah kian larut dalam cerita, terkenang kisah berantai rasa mengingat sesosok gadis muda di kecamatan tetangga, sebut saja namanya bunga. Sosok yang lembut budi pekerti, sholeha dan elok rupanya.Simata elang begitu buyung sebut bunga, berawal dari tapapannya yang tajam dan mempesona membuat debaran jantung sibuyung terasa berdetak cepat tak beraturan seketika.

Sejak lima tahun silam saling mengenal, dimulai kisah dalam pelatihan sederhana. Kelelahan hilang dengan tatapan ditambah meronanya sebuah senyuman. Sore itu terlihat cerah, di lokasi buyung buat pelatihan, tiba-tiba buyung menatap dengan kebingungan, melihat sesosok tatapan dari kejauhan. Siapa dia hati buyung kian bertanya, seakan bingung dengan apa yang dia rasa. Hingga malam terakhir dari sebuah acara buyung kembali di kejutkan dengan sapaan seorang bunga. Bagaimana tidak, buyung yang selama ini tak pernah terima kritikan karena disegani dengan jabatan ketua, namun malam itu secara tiba-tiba sebuah kritik sederhana menghujam rasa. Kritikan itu dari sesosok wanita dari sudut musholla, ternyata dialah si Bunga.

Terhitung sejak pelatihan itu buyung kian tersentuh rasa, meski tak dapat dimaknai namun membuatnya kian bertanya tentang sosok yang baru saja di kenalnya. Tak kuasa dengan penasarannya yang kian mendalam, buyung pun berusaha mencari di database peserta acara. Pelan-pelan akhirnya ketemu jua, langsung dicatat nomor hapenya. Pasca itu si Buyung semakin sering menghubungi bunga hingga silaturrahim pun terus terjalin dengan baik, tak kuasa ternyata buyung mulai jatuh hati pada si Bunga.

Meski awalnya hanya sebatas komunikasi lewat telepon genggamnya, seiring waktu Buyung semakin sering berkunjung ke rumah bunga. Buyung mencoba untuk selalu hadir dikala Bunga membutuhkannya. Sehingga bara rasa kian memukau jiwa. Uraian kisah asmara pun kian mewarnai hari buyung, hingga kasmaran kian melanda. Meski hati terus berbunga-bunga, namun Buyung tak pernah mengungkapkan langsung isi hatinya kepada si Bunga.

Sang waktu yang terus mengalun, jarak pun harus terbentang, buyung melaju ke ibukota melanjutkan langkah menggapai cita-cita. Namun jauh dimata dekat di hati, untaian pepatah mulai mengatakannya. Sebelum melaju buyung berkata :”ku tunggu dikau wahai adinda di ibu kota tanoh iskandar muda.” Ungkapan itupun mengiringi langkah buyung ke ibukota.

Meski kini jauh dimata, komunikasi terus berjalan seperti biasa. Walau tak jarang perseteruan terjadi diantara kedua nya,  bahkan sering si Buyung mencoba sabar dengan si Bunga. Setahun akhirnya si Bunga juga hadir di ibukota bumi rencong pusaka, harapan Buyung untuk bersama dalam mengarungi pertualangan di perantauan ibukota. 

Di perantauan berawal indah dikala si Bunga terlihat beri harapan, Buyung berencana ungkapkan semua isi hati yang terpendam lama, bahkan hampir tak kuasa Buyung menahan rasa yang tersimpan di dalam  jiwa. Segenap kisah terus teruntai, semangat Buyung pun kian menggebu menghadirkan sebuah motivasi di dalam diri. “Aku akan lakukan yang terbaik untukmu, tunjukkan bahwa ku mampu memberikan sesuatu yang bermakna dalam hidupmu, ku akan buat dirimu bangga dengan ku” sering ungkapan itu menyelimuti lamunan Buyung padahal dia belum pernah untaikan rasa cintanya kepada Bunga dan hanya mampu bercerita pada teman-teman Bunga yang juga dekat dengannya.

Memang bagi Buyung untuk mengungkapkan cintanya langsung pada si Bunga terasa berat, Buyung yang di kenal dengan vokalnya dalam bicara dan tak jarang lagi menggema lantunan orasinya ternyata juga tak mampu berbicara rasa pada si Bunga, bahkan dia biarkan memendam semua rasa yang terpendam di dalam jiwa. Seakan Buyung terbungkam jika berjumpa bunga, retorika, analogika bahkan cakologi buyung terhenti di depan Bunga. Semua harapan akan hubungan juga tak jadi realita.

Pertemuan di suatu sore yang cerah, seakan beri isyarat akhir cerita. Di sebuah jalan buyung bertemu Bunga, sambil menyerah beberapa buku bacaannya, namun hanya khabar yang ditanya dan beberapa nasihat saja. Bunga berbalik ke kediamannya, menelusuri gang-gang yang Buyung tak tau tempat tinggal Bunga. Buyung berencana menghampiri Bunga untuk mengungkap cinta dan lara, namun saying bunga seakan hilang seketika di antara lorong-lorong dan Gang-gang yang ada disana. Buyung mencoba mencari, namun semua tiada arti, sosok gadis itupun tak lagi ditemui. Lagi-lagi kesempatan yang ada terlewatkan begitu saja.

Beberapa malam kemudian sebuah sms bunga menghampiri Hape Buyung,”kanda sudahlah mungkin kita punya jalan terbaik, saya hanya anggap kanda sebagai abang semata, makanya kita harus hapus semua rasa yang mungkin tercipta dalam cerita kita,” ungkap Bunga melalui pesan singkatnya. Terhenyak jiwa Buyung seketika, buyung bingung bercampur resah. Seakan bathin nya hancur berkeping keping. Buyung heran kenapa tiba-tiba pesan itu yang harus dia terima sebelum dia sempat utarakan cinta dan cerita.

Buyung mencoba memahami, mencoba tetap bijaksana Buyungpun membalas pesannya. “hadirmu sebuah nuansa keindahan, semua cerita tuhan penentunya begitu juga cerita kita.” Pesan tersebut pun di kirimkan kepada Bunga. tak lama kemudian buyung kembali terhanyut dalam dilema, membaca balasan sms dari si bunga. “Jauhi aku, lupakan aku, dan jangan ganggu aku, ungkap Bunga seakan memberi isyarat agar Buyung melupakannya. Dengan sederhana Buyung berkata :”adakah ku bersalah padamu? Tolong jelaskan padaku hingga ku bisa memperbaikinya. Perlu kau tahu wahai adinda, dari dulu ku terus berdo’a agar kau yang terbaik bagiku.” Pesan itu segera dikirimkan kepada bunga.

Setelah tiga puluh menit tak lagi menerima balasan, buyung kembali mengirim pesan. “Adakah kehadiran ku selama ini tak bermakna, dan adakah diam solusi untuk kita?, “buyung lanjutkan ketikan pesannya, “mungkin ku kini harus berdoa jika kepada yang kuasa dengan bahasa yang berbeda. Harus kah ku meminta jika kau yang terbaik bagi ku dan aku yang terbaik untukmu maka tuhan persatukanlah kami hingga ikatan yang halal secara agama, namun jika ku bukan yang terbaik untukku maka tuntunlah aku untuk melupakannya dan semua cerita tentangnya.” Pesan itupun di kirimkan buyung dengan hati yang kian terluka.” namun sayang berkali-kali pesan itu di kirim, laporan pengiriman selalu gagal. Ketika di cek ternyata pulsanya sudah habis. Ingin keluar mencari pulsa namun Buyung kembali kesal karena kehilangan kunci kereta.

Keesokan harinya pun Buyung setelah mengisi pulsa mencoba mengirimkan kembali pesan semalam, namun juga tak ada balasannya. Buyung yang mulai resah dengan pesan tanpa balasan, mencoba untuk miscol namun sayang, ternyata nomor hape si Bunga sudah tidak lagi aktif.

Sejak kejadian itu, Buyung tak pernah lagi bicara dan komunikasi dengan si Bunga. Namun,  ketika 8 februari menjelma Buyung selalu ingat si Bunga. Berharap hadir dan berjumpa namun keinginan itu juga tak terlaksana. 8 februari begitu monumental,hari itu ulang tahun si Bunga  yang selalu di kenang Buyung sepanjang masa. Si mata elang dimanakah kau kini, adakah kesempatan untuk kita bersua,hingga terobat rindu yang terus bersemanyam di dalam jiwa.

 

Delky Nofrizal adalah Penulis Muda asal Pantai Barat Selatan